Sabtu, 05 Agustus 2017

IMPULSIVE

Seorang anak yang impulsive dapat melakukan kekerasan secara tiba-tiba walaupun si anak mengetahui konsekuensi dari apa yang diperbuatnya namun mereka tidak dapat menahan keinginan mereka untuk bertindak sesuai desakan dalam diri si anak. Penyebab impulsive sering dikarenakan adanya masalah pada mekanisme otak, genetik, kepanikan, pengaruh luar.

Untuk menangani impulsive bisa dilakukan melalui beberapa cara:
1. Ajarkan penundaan, biasanya anak sering mendapatkan apapun yang diinginkannya segera. Maka pembelajaran untuk menunggu atau menunda keinginan mereka adalah pelajaran yang sangat berharga.
2. Ajarkan anak untuk memotivasi diri sendiri. Misalkan si anak kita beri tantangan untuk tidak memakan permen sebelum makan malam maka kita ajarkan anak agar mengucapkan "Saya bisa menunggu makan permen setelah makan malam"
3. Bantuan Profesional

Jumat, 04 Agustus 2017

HIPERAKTIF

Hiperaktif adalah gerakan fisik yang berlebihan (diluar batas normal).  Orang tua dapat mendeteksi anaknya hiperaktif melalui pengamatan bahwa anaknya melebihi keatifan gerak dibandingkan teman sebayanya ketika menghadapi tugas tertentu, misalkan diminta menyusun balok namun anak malah naik2 dinding dan berlari2 sendiri. Jika aktif tersebut memiliki tujuan dan bermanfaat maka itu bukan hiperaktif, justru hiperaktif cirinya adalah si anak tidak dapat menyelesaikan tugas walaupun anak bergerak sangat aktif. Memang hiperaktif akan berkurang dengan sendirinya ketika sudah dewasa, namun hiperaktif pada anak yang tidak ditangani akan menyebabkan anak kesulitan berkonsentrasi ketika dewasa.

Penyebab hiperaktif sangat beragam, mulai dari faktor genetik, sebagai gejala yang menyertai epilepsi dan autisme, adanya masalah dibagian otak mulai dari saraf sampai tumor, hingga lingkungan yang mempengaruhi. Karena itu evaluasi penyebab hiperaktif pada anak merupakan hal krusial dibandingkan kita menyalahkan anak karena sikap hiperaktifnya yang mengganggu. Ibu bisa mencegah anaknya hiperaktif dengan mencukupi diri oleh nutrisi yang baik ketika kehamilan, menghindari alkohol, rokok, hingga obat-obatan terlarang.

Jika anak memiliki hiperaktif maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua:
1. Mengarahkan anak melakukan hal yang produktif dan memuji jika anak berhasil menyelesaikan pekerjaan
2. Membuat kontrak bahwa jika anak dapat duduk diam ketika maghrib misalkan... selama 1 bulan maka orang tua akan membelikan anak mainan kesukaan
3. Memberi nilai/point yang jika dikumpulkan dapat ditukarkan dengan hal yang disukai oleh anak. Point ini didapatkan ketika anak patuh, misalkan membereskan meja akan mendapatkan 10 poin, membereskan kasur mendapatkan 15 poin. Dan 100 poin berarti si anak mendapatkan makanan kesukaannya.
4. Menyediakan jalan keluar bagi anak, untuk masalah hiperaktifnya. Misalkan jika anak diajak ke supermartket maka anak diminta untuk tidak berlari2 dan memegang tangan orang tua juga tidak menyentuh benda2 di supermarket dan diganti dengan memegang mainan kesukaan selama di supermarket.
5. Mendorong kontrol diri sendiri, misalkan si anak hiperaktif diamati oleh orang tua sedang tidak kambuh, Maka orang tua memberikan apresiasi kepada anak seperti "Hebat adek sekarang sudah dewasa bisa duduk tenang".
6. Minta bantuan ke profesional

Kamis, 13 Agustus 2015

JUALAN PECEL LELE




makanan ini sering terpampang jelas di spanduk-spanduk warung tenda kaki lima di sudut-sudut jalanan kota. Tak hanya di Ibukota, di kota- kota lain pun warung tenda yang menjual menu ini dapat dengan mudah ditemui. Dari segi popularitas menu ini tentu tak diragukan lagi. Hal ini membuktikan, citarasa Lele yang disajikan dengan sambal dan lalapan ini bisa diterima banyak kalangan di berbagai daerah. Dari sisi usaha, Pecel Lele juga tak bisa diremehkan, keuntungan bersih usaha ini sekitar 25% - 30% dari omset yang diperoleh. Seperti apa lika-liku usahanya?

Jenis ikan tak bersisik, licin dan berkumis ini, terbilang sangat populer bagi bangsa ini, karena bisa ditemukan di berbagai daerah. Di Indonesia ikan Lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan Kalang (Sumatra Barat), ikan Maut (Gayo dan Aceh), ikan Pintet (Kalimantan Selatan), ikan Keling (Makassar), ikan Cepi (Bugis -Sulawesi Selatan), ikan Lele atau Lindi (Jawa Tengah). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan Lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.

Jenis makanan berbahan Lele yang paling dikenal, terutama di Pulau Jawa adalah Pecel Lele. Yang dimaksud adalah ikan Lele yang digoreng kering dengan minyak, lalu disajikan dengan sambal lalapan, yang biasanya terdiri dari kemangi, kubis, ketimun,dan sambal. Namun menu ini biasanya tak pernah hadir sendiri, para pedagang pecel Lele selalu juga menyajikan Ayam Goreng, Ati Ampela, dan Tahu Tempe Goreng. Banyak juga yang melengkapinya dengan Bebek Goreng, bahkan Burung Dara Goreng, yang juga disajikan dengan sambal dan lalapan.

Banyak juga pedagang Pecel Lele, yang juga menjual Soto Lamongan, karena memang sebagian besar penjual Pecel Lele berasal dari Lamongan. Menurut seorang pedagang Pecel Lele di daerah Kebayoran Lama yang ditemui Info Kuliner, para penjual Pecel Lele pada mulanya terkonsentrasi berasal dari Kecamatan Sekaran, sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Lamongan bagian utara yang berbatasan langsung dengan Bengawan Solo. Pada perkembangannya, orang-orang dari daerah lain di Lamongan juga banyak terjun ke usaha ini, dengan merantau ke berbagai daerah. Kini karena popularitasnya, Pecel Lele juga mulai banyak digeluti orang dari luar Lamongan, meski demikian, Pecel Lele masih identik dengan orang Lamongan.

Salah satu pengusaha Pecel Lele asal Lamongan yang tergolong sukses untuk ukuran kaki lima adalah Hamung Siswoyo. Mantan karyawan sebuah bank swasta ini memilih keluar dari pekerjaanya dan membuka warung tenda Pecel Lele dengan konsep lesehan di daerah Dapur Susu, Pondok Labu, karena melihat rekan-rekan sedaerahnya yang membuka usaha ini cukup berhasil. Dalam satu malam warungnya menghabiskan 8-10 kg Lele, dan 27-30 ekor ayam, 30 tusuk ati ampela dan 150 potong tahu tempe. Omsetnya per malam rata-rata Rp 1,8 juta, dengan keuntungan bersih sekitar 29% dari omset. Sebuah angka yang lumayan bukan?

 Proyeksi Keuntungan. Dari simulasi perhitungan usaha Pecel Lele yang dilakukan Info Kuliner, diperkirakan modal awal yang diperlukan untuk memulai usaha Pecel Lele kelas kaki lima dengan dua orang karyawan, diperlukan modal sekitar Rp 4,5 juta untuk membeli barang modal dan bahan baku awal. Biaya operasionalnya yang meliputi sewa tempat, karyawan, transportasi dan lain-lain diperkirakan sekitar Rp 2,2 juta. Jika dalam sehari warung ini bisa menarik 50 orang pengunjung dengan asumsi per orang menghabiskan Rp 10 ribu untuk makan dan minum, dalam waktu kurang lebih satu bulan modal awal yang dikeluarkan bisa kembali. Namun jika jumlah pengunjung di bawah asumsi, tentunya butuh waktu sedikit lebih lama untuk balik modal.

Jenis Lele yang biasa digunakan adalah Clarias Batrachus atau Lele biasa, bukan Lele Dumbo atau Clarias Gariepinus. Harga pasaran Lele saat ini per kilo sekitar Rp 12 ribu, ukuran yang biasanya digunakan untuk Pecel Lele yang sekilo berisi tujuh atau delapan ekor, berarti per ekor harga Lele sekitar Rp 1,7 – 1,8 ribu. Sedangkan harga ayam per ekor yang biasa digunakan untuk Pecel Lele adalah Rp 12-14 ribu, satu ekor dipotong empat bagian, artinya satu potong ayam harga mentahnya antara Rp 3 – 3,5 ribu. Dengan cara penyajian dan pelengkap yang sama, dan harga jual rata-rata yang biasanya hanya selisih seribu rupiah, (Pecel Lele rata-rata dijual di Jakarta Rp 7 ribu - ayam Rp 8 ribu), keuntungan Pecel Lele tentu lebih tinggi. Namun rata-rata dari volume penjualan Pecel Ayam biasanya lebih tinggi. Karena itu Pecel Lele jarang berdiri sendiri, selalu dijual didampingi Pecel Ayam, Tahu Tempe, dan Ati Ampela dan tentunya Nasi Uduk, selain nasi putih biasa.

Popularitas Pecel Lele, bisa menjadi keuntungan bagi yang ingin menggeluti usaha ini, karena Anda tak perlu lagi repot-repot memperkenalkan seperti apa Pecel Lele, namun hal ini juga menjadi sebuah kendala, karena banyaknya pedagang Pecel Lele. Tentunya persaingan akan sangat ketat. Karena itu, dibutuhkan sesuatu yang berbeda dan lebih dari yang lain.

Faktor penentu rasa Pecel Lele, adalah sambalnya. Sambal untuk Pecel Lele yang standar berbahan dasar tomat, cabe, terasi, bawang merah, bawang putih, garam, dan sedikit gula merah, dan jeruk limo, ada juga yang menggunakan sedikit kacang tanah. “Pecel Lele itu bumbu standarnya ya sama aja, yang menentukan sambalnya, karena walaupun pada dasarnya sama, takaran komposisinya yang beda-beda,” ungkap Sri Hartini, salah satu pedagang Pecel Lele di Pondok Labu. Untuk membuatnya lebih nikmat Sri Hartini juga menambahkan biji wijen yang dihaluskan bersama sambal. Campuran wijen dalam sambal membuat citarasa sambalnya jadi lebih mantap.

Beberapa Varian Pecel Lele. Beberapa pedagang Pecel Lele, ada juga yang menawarkan Pecel Lele yang “beda”. Seperti pada warung tenda Citra Spesial di bilangan Fatmawati milik Suwanto. Lelaki asal Kebumen ini menyajikan Pecel Lele bersama Nasi Uduk dengan dua jenis sambal, sambal kacang dan sambal tomat, seperti yang biasa digunakan Nasi Uduk ala Kebon Kacang. “Warung ini dulu memang saya beli dari keturunan Bang Saman Kebon Kacang, dulu letaknya di Jalan Wahyu. Jadi resep Nasi Uduk dan sambalnya sama, namun saya sudah tidak bungkus Nasi Uduk dengan daun kecil-kecil, biar praktis lagsung di piring,” ungkap Suwanto. Jika Nasi Uduk Kebon Kacang tidak ada lauk Lele, karena banyak permintaan Suwanto juga menyediakan Pecel Lele namun dipadukan dengan sambal ala Nasi Uduk Kebon Kacang. Selain Nasi Uduk dan Pecel Lele, Suwanto yang pernah bekerja di Restoran Citra, juga menyediakan menu Nasi Goreng, Kwetiau, Mie Goreng, Cap Cay, dan Fu Yung Hai.

Nasi Uduk Barokah, di Jl. Raden Saleh, juga menawarkan varian Pecel Lele yang berbeda. Ahmad Sulaeka, pemilik rumah makan ini, menawarkan Lele Bakar, dengan bumbu yang lebih kompleks, untuk bumbu olesnya menggunakan bawang putih, bawang merah, ketumbar, jintan, lada, kunyit, jahe, cincangan bawang bombai, irisan daun jeruk, sereh yang dimemarkan, mentega, garam dan penyedap. Bumbu yang cukup banyak ini membuat rasa Lele Bakar-nya lebih kaya. Untuk sambalnya, selain bumbu standar sambal Lele, Cak Mamat menambahkan wijen, dan Kacang Mede pada sambalnya. Hasilnya, 480 ekor Lele habis terjual dalam sehari untuk empat warungnya. Ali

Barang Modal



Untuk memulai usaha warung tenda, dengan menu jualan Pecel Lele, Ayam, Ati Ampela, dan Tahu Tempe Goreng, dibutuhkan peralatan barang modal sebagai berikut :



1 buah gerobak Rp 1.500.000

Terpal untuk tenda ukuran 4x6 meter Rp 168.000

Harga pemeter antara 4500 – Rp 9.000

1 set spanduk Rp 420.000

Depan ukuran 5x 1,15 m

Samping 2 lembar ukuran 2,5 x 1,15 m

1 buah kompor gas mawar Rp 95.000

1 penggorengan ukuran 22 Rp 70. 000

2 buah sutil panjang dan Rp 40.000

2 lusin piring (merk lucky) Rp 100.000

2 lusin piring saji oval melamin Rp 180.000

1 lusin sendok Rp 10.000

1 lusin garpu Rp 10.000

2 lusin gelas jempol Rp 45.000

2 lusin kobokan kecil aluminium Rp 25.000

1 buah Dandang nasi aluminium 10 liter Rp 100.000

1 buah Dandang Air aluminium 10 liter Rp 85.000

2 buah ember plastic sedang Rp 30.000

2 buah tempat tisu gulung Rp 15.000

2 buah tempat tusuk gigi Rp 10.000

2 buah tempat kecap Rp 10.000

8 buah kursi plastic lion star Rp 200.000

1 buah meja kayu Rp 500.000

2 buah tempat sendok/garpu Rp 10.000

1 etalase kecil ukuran 1,5 m x 0,5 m x 1 m Rp 250.000

1 buah teko air plastic lion star (kecil) Rp 7.500

1 buah termos air panas Rp 35.000

2 buah termos wadah nasi ukuran 10 liter Rp 150.000

1 set ulekan besar ukuran 40 cm Rp 55.000

3 buah lap Rp 10.000

2 buah pisau Rp 12.000

Jumlah Rp 4.250.500



Bahan Baku Awal

3 kg lele (sekitar 27 ekor) Rp 36.000

6 ekor ayam Rp 84.000

( ukuran 800 gram-1,2 kilo, jadi 24 potong)

2 papan tempe (jadi 20 potong) Rp 7.000

10 potong tahu Rp 5.000

10 buah ati ampela Rp 10.000

3 kg minyak goreng Rp 36.000

3 kg gas (untuk 2 hari) Rp 15.000

1 kg gula Rp 6.500

Bumbu dan sayuran lalapan Rp 50.000

Bahan lain ( teh, es batu, jeruk peras dsbnya) Rp 20.000

Beras 5 liter Rp 20.000

Jumlah Rp. 289.500

Dari perhitungan di atas, diperkirakan modal awal yang diperlukan untuk memulai usaha Pecel Lele adalah sekitar Rp 4,5 juta. Sekitar Rp 4,2 juta untuk barang modal, dan Rp 300 ribu untuk belanja bahan baku awal. Selain itu, dibutuhkan biaya operasional yang dalam satu bulan diperkirakan :



Operasional

- Sewa tempat Rp 300.000

- Retribusi/ pungutan ini-itu Rp 30.000

- Penerangan ( listrik/ lampu patromak) Rp 30.000

- Transportasi dll Rp 200.000

- Gaji 2 orang karyawan Rp 1.600.000

Total Rp. 2.160.000



Jika dalam sehari bisa dikunjungi 50 orang pembeli, dengan asumsi rata-rata per orang menghabiskan Rp 10 ribu untuk makan dan minum, maka:

Omset harian Rp 500.000

Omset per bulan Rp 15.000.000



Pengeluaran belanja Rp 8.415.000

Operasional Rp 2.160.000



Keuntungan dalam satu bulan 15.000.000-10.575.000 = Rp 4.425.000

Jadi bisa BEP dalam waktu satu bulan lebih beberapa hari

Pemilihan Lokasi

Lokasi paling berpengaruh untuk menentukan bisnis ini maju atau tidak. Terkadang Anda memerlukan keberuntungan untuk menemukan lokasi yang stategis. Biasanya tempat yang strategis akan disewakan dengan harga yang cukup tinggi. Untuk Anda yang memiliki modal cukup pun perlu mempertimbangkan apakah keuntungannya akan sebanding dengan modal yang dikeluarkan untuk menyewa lokasi.
Ciri-ciri lokasi yang strategis:
  1. Berada di lingkungan dengan daya beli masyarakatnya yang cukup tinggi.
  2. Tempat parkir tersedia luas.
  3. Berada di pinggir jalan, pertigaan, atau perempatan.
  4. Mobilitas atau lalu lalang orang cukup tinggi.

Mempersiapkan Semuanya

Persiapkan semua kebutuhan Anda. Saya tidak dapat merinci satu per satu kebutuhan Anda, tapi Anda dapat menentukan sendiri kebutuhan yang seperti apa, atau dengan melihat pada yang lainnya.

Menetapkan Menu

Buatlah menu apa saja yang akan tersedia di dalam bisnis Anda. Kebanyakan warung pecel lele akan di kombinasi dengan pecel ayam, pecel bebek, soto ayam, nasi goreng, tahu dan tempe.

Menjalankan Bisnis

Apa saja yang perlu dilakukan untuk keberhasilan? Simak dibawah ini.

Suasana Yang Menarik Pembeli

Percaya atau tidak, faktor ini sangat penting untuk menunjang keberhasilan. Pecel lele yang ramai belum tentu makanannya enak. Tapi karena suasananya yang menarik membuat makanannya terkesan enak. Dan inilah yang menarik pengunjung untuk datang. Suasana yang menarik, meliputi:
  1. Penerangan yang cukup.
    Bisnis ini biasanya dijalankan di saat malam hari. Penerangan yang cukup dapat menarik perhatian pembeli.
  2. Spanduk yang berwarna cerah, bersih dan selalu terlihat baru.
    Jika spanduk Anda tidak sesuai dengan kriteria seperti di atas, cobalah ganti saja dengan yang baru. Jangan takut tentang uang yang Anda keluarkan, dalam beberapa hari saja akan dapat tergantikan.
  3. Kebersihan dan kerapian terjaga dengan baik.
  4. Buat senyaman mungkin.

Pelayanan Yang Ramah

Ada istilah “Pembeli adalah raja”. Tapi ini tidak berarti “Penjual adalah babu”. Jadi bersikaplah sopan biasa saja, tidak dibuat-buat. Karena usaha ini bersifat wiraswasta, Anda pun berhak mendapat sikap yang sopan dari pembeli.

Makanan Yang Berkualitas Dan Inovatif

Menu yang enak dan berkualitas menjadi daya tarik tersendiri. Pembeli yang ketagihan akan datang lagi di lain waktu. Jika Anda memiliki ide kreatif untuk membuat inovasi sendiri, tuangkan saja ide Anda.

Harga Yang Pantas

Menetapkan harga sama dengan menetapkan keuntungan yang akan diperoleh. Tidak ada ketentuan tertulis dalam menentukan harga. Untuk saya, saya metetapkan keuntungan 30% sampai 40%.
Tapi jika Anda masih bingung tentang harga yang pantas, Anda sementara dapat mengikuti harga pasaran di sekitar lokasi Anda. Harga pasaran di setiap daerah tentulah tidak sama. Selain itu, Anda perlu mempertahankan keuntungan. Misalnya begini, terkadang setiap orang memiliki permintaan khusus saat mereka memesan menu. Jika permintaan itu terlalu mengurangi keuntungan Anda, contohnya meminta tambah sambal, jangan lupa untuk menghitungnya, ini hak Anda. Tapi ini tidak perlu dilakukan jika Anda Anda sudah memperhitungkannya dalam keuntungan yang Anda peroleh.
Jika pembeli keberatan untuk membayar tambahan, cobalah berikan pengertian, bahwa untuk membuat sambalitu tidaklah murah. Jika pembeli tidak juga mengerti mungkin ia akan beralih ke lainnya. Biarkan saja, percayalah, Anda tidak butuh pembeli semacam ini.

Menghadapi Pesaing

Jika kebanyakan orang menyebutnya dengan pesaing, saya menyebutnya dengan teman seprofesi. Bukankah mereka pun sama? Biasanya, karena persaingan, kita berlomba-lomba untuk mencari pelanggan sebanyak-banyaknya. Ini sangat bagus. Tapi terkadang persaingan terjadi secara tidak sehat.
Saya akan mencontohkan saya sendiri. Teman saya menjual nasi goreng dengan isi yang lebih komplit dari saya dan dengan harga yang sama. Tentu saja nasi gorengnya lebih laku dari saya. Tapi tetap saja saya memiliki pelanggan sendiri meskipun tidak sebanyak teman saya.
Lalu apa yang saya pikirkan? Jika dipikir lebih dalam, meskipun teman saya lebih ramai pengunjung, toh keuntungannya sama saja dengan saya. Jika misalnya teman saya beromset Rp. 400.000, saya hanya perlu omset Rp. 250.000. Saya kembali ke tujuan saya, yaitu mencari keuntungan, bukan untuk bersaing. Lalu apa bedanya? Ya, jelas teman saya lebih sibuk dan capai dibanding saya. Saya masih memiliki waktu untuk santai, menulis artikel ini dan lainnya. Bukankah karena persaingan ini justru saya yang diuntungkan? Jadi, hindarilah persaingan yang tidak sehat.

Mengelola Keuangan

Hindari Rentenir

Setiap dari kita mungkin sering mengalami tekanan ekonomi. Cobalah painjam ke orang terdekat Anda. Jika cara ini tidak dapat ditempuh, cobalah pinjam ke bank. Jika cara ini pun mentok, pikirkan alternatif lain. Ingat, jangan coba-coba meminjam pada rentenir. Meskipun bisnis Anda berjalan lancar, sesungguhnya ini adalah penyakit. Lama-kelamaan Anda akan tergantung pada rentenir dan akan membuat bisnis Anda hancur. Dan ini sudah sangat sering terjadi di masyarakat kita. Inilah pemborosan tingkat pertama yang tidak Anda sadari.

Hindari Kredit Barang Tidak Perlu

Adakalanya Anda memerlukan sesuatu untuk dibeli, namun tidak memiliki uang cukup. Mungkin Anda akan berpikir, jika Anda tidak ambil kredit, barang itu tidak mungkin terbeli. Ya, itulah cara pikir otak kiri. Cara berpikir otak kanan lain lagi. Bukankah meski kredit kita tetap harus membayarnya setiap periode? Lalu apa bedanya dengan menabung? Apakah Anda berpikir bahwa kredit dapat dengan cepat memiliki barang yang Anda inginkan? Salah, selama cicilan belum lunas, barang itu bukan milik Anda, dan dapat diambil sewaktu-waktu oleh pemiliknya.
Meskipun barang itu menurut Anda penting dan mendesak, cobalah alternatif lain. Kredit adalah pemborosan tingkat kedua tanpa Anda sadari.

Hindari Membeli Barang Ketengan

Kenapa saya menganjurkan ini? Saya akan memberi contoh sederhana. Anda membeli beras setiap hari 10 liter dengan harga Rp. 9.5oo/kg misalnya, maka totalnya adalah Rp.65.000. Bandingkan dengan jika Anda membeli beras sekarung dengan berat 50 kg seharga Rp. 450.000. Beras itu dapat digunakan untuk 10 hari. Maka dalam 10 hari perbedaannya adalah Rp. 500 x 10 x 10 = Rp. 50.000. Ya, dalam 10 hari saja sudah Rp. 50.000. Maka dalam satu tahun adalah Rp. 1.800.000. Dan ini baru dari beras. Coba bayangkan untuk yang lainnya? Ingat, membeli barang ketengan adalah pemborosan tingkat ke tiga.

Menabung

Sebagai manusia tentulah kita memiliki harapan untuk masa depan kita dan keluarga kita. Masa depan perlu direncanakan. Dengan menabung kita berarti telah merencanakan masa depan. Cobalah Anda sisihkan 5 % saja dari omset bisnis Anda. Ini tidak akan mengganggu kelancaran bisnis. Suatu waktu, Anda akan merasakan manfaatnya.

Produksi ikan air tawar di Pringsewu meningkat setiap tahun. Bahkan, peningkatan tersebut melebihi target produksi. Seperti yang terjadi pada tahun 2012, produksi ikan air tawar mencapai 5.496,7 ton. Sementara target produksi hanya 5.177,22 ton.Produksi ini meningkat kembali sebanyak 256 ton pada tahun 2013, dengan total produksi saat itu 5.752,70 ton. Kendati begitu, peningkatan produksi ini justru berakibat pada menipisnya penghasilan. Apalagi, saat panen serentak di sejumlah wilayah produsen ikan air tawar.

Bambang Suhermanu, pembudidaya ikan air tawar di Patoman, Kecamatan Pagelaran, mengakui hal tersebut. Kondisi ini, menurut dia, menerpa pembudidaya khususnya ikan lele yang harganya anjlok hingga kisaran Rp 12 ribu per kilogram (kg). “Harga di tingkat petani (pembudidaya) turun antara Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kg,” katanya.
Bambang memaparkan, Pringsewu sempat memasok ikan lele konsumsi ke Metro hingga wilayah Palembang, Bengkulu, dan Jambi. Namun, karena wilayah sasaran distribusi ikan tersebut juga masuk masa panen, permintaan pun semakin berkurang.
Di sisi lain, Bambang mengungkapkan ikan lele hasil budi daya di Pringsewu juga harus panen. “Kondisi inilah yang menjadi salah satu faktor harga lele turun ketimbang ikan emas yang harganya Rp 21 ribu per kg dan ikan gurame yang paling rendah Rp 20 ribu per kg,” jelasnya.
Kepala Bidang Bina Usaha Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Pringsewu Hairul Fallah menuturkan ikan lele merupakan ikan air tawar paling favorit bagi warga setempat untuk dibudidayakan.Pada tahun 2012, Hairul memaparkan produksi ikan lele tercatat mencapai 52,66 persen. “Baru menyusul ikan emas 31,05 persen, patin 4,16 persen, dan gurame 8,57 persen,” ujarnya.
Faktor pendorong ikan lele menjadi favorit warga Pringsewu, menurut Hairul, karena ikan lele lebih mudah dibudidayakan. Di antaranya, tidak memerlukan lahan yang luas dan jangka waktu budi daya hanya berkisar 60-70 hari.Selain itu, sambung Hairul, permintaan konsumsi ikan lele tinggi karena durinya sedikit dan lebih banyak dagingnya. “Apalagi sekarang sudah ada agen pakan ikan yang bersedia bekerja sama. Petani tinggal bilang ke agen mengenai kebutuhan pakan dan bisa membayarnya saat sudah panen,” katanya.
Satu persoalan lainnya adalah biaya pakan yang membengkak serta fisik ikan lele yang akhirnya membesar. Itu lantaran ikan lele tidak segera dipanen ketika tiba waktunya panen dengan alasan harga masih murah.
Manager Marketing Central Proteinaprima Ahmad Burman menjelaskan pembesaran fisik ikan lele justru akan mengakibatkan nilai jual lebih rendah dari ukuran ikan lele konsumsi biasanya.
Ia mencontohkan dua ekor ikan lele dengan berat total dua kg. Menurutnya, ikan lele ukuran seperti itu sudah terlalu besar untuk konsumsi. “Sementara untuk digunakan sebagai indukan, juga belum siap. Kalaupun ikan lele satu darah itu dikawinkan, malah akan menghasilkan peranakan yang kurang baik untuk budi daya,” tandasnya.
Kabar terbaru yang kami dapatkan Kini Telah dikembangkan Jenis Lele Sangkuriang di Kabupaten Sleman.Berkat lele sangkuriang, peternak ikan di Kalasan, Sleman meraup sukses. Adapun usaha peternak lele sebelumnya sempat tidak berkembang.
“Lima tahun yang lalu, kalau kita mengelola ikan lele itu selalu tekor,” ujar sambil menghela napas ketika Harianjogja.com menanyakan bagaimana kisah awal budidaya lele.Akibatnya kolam-kolam ikan yang ada di daerahnya menjadi telantar. Namun, Suparno tidak putus asa dan berusaha mencari jalan keluar. Pasalnya, kolam ikan merupakan mata pencaharian warga di dusun tersebut. Singkat cerita kelompok peternak lele mendatangkan narasumber ahli perikanan orang Indonesia tapi pernah belajar di Jepang,” ucap Suparno.
Dari situlah awal titik terangnya. Kelompok Mina Wahyu Sejati dikenalkan dengan metode pembudidayaan ikan lele yang berbeda. Metodenya bernama bio enzim. Pakannya dicampur dengan berberapa jenis vitamin. Tak hanya itu, kelompok tani kemudian memilih bibit lele Sangkuriang 2 untuk dibudidayakan. Pemilihan bibit itu bukannya tanpa alasan. Lele sangkuriang 2 bisa tumbuh 10% lebih cepat dari generasi sebelumnya. Ukuran tubuhnya pun lebih bongsor dan yang terpenting lebih tahan terhadap penyakit.
Lele yang namanya diambil dari cerita rakyat Sunda tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada tahun 2004. Lele Sangkuriang merupakan versi perbaikan dari lele dumbo yang mengalami penurunan kualitas. Pada 2010, BBPBAT kembali melakukan pengembangan terhadap ikan lele sangkuriang. Kali ini lele sangkuriang dikawinkan dengan lele dari sungai Nil, Afrika dengan hasil sangkuriang 2.
Dengan metode baru dan bibit unggul memberikan hasil yang lebih baik. Tingkat kematian bibitnya jadi lebih rendah. Dari 14.000 bibit ekor yang ditebar, jumlah lele yang mati hanya 217 ekor. Pakannya pun lebih irit. Selain itu, juga digunakan sistem penyaringan atau filter air. Dari segi waktu, masa panennya lebih cepat dari ikan lele biasa yang butuh tiga bulan. Menurut pengakuan beberapa anggota kelompok, daging ikan lele sangkuriang 2 juga lebih padat dan rasanya pun lebih gurih



Sumber :
1. https://m.facebook.com/notes/membangun-ekonomi-bersama/usaha-pecel-lele-dan-analisa-keuntungannya/263291341104/
2. http://suksesbisnisusaha.com/usaha-perikanan/harga-ikan-lele-berukuran-besar-justu-murah
3. https://masarulnasgor.wordpress.com/2012/05/15/rahasia-sukses-mengelola-bisnis-pecel-lele-pecel-ayam-soto-ayam-dan-nasi-goreng/